Jumat, 20 Maret 2009

MEMBANGUN SOFT POWER UMAT MELALUI SILATURAHIM


Alloh Swt. Berfirman : “Dan bertaqwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliaharalah) hubungan silaturrahim.” (QS : An-Nisa’ :1).

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Alloh perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS : Ar-Ra’d : 1).


“Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menjalin silaturrahim” (HR. Bukhari Muslim).

Silaturrahhmi merupakan kata yang sangat popular namun sering terabaikan dalam aktualisasi. Dia merupakan gabungan dari dua kata, silah dan rahim. Silah artinya hubungan, sedangkan rahim adalah peranakan. Menggambarkan satu tempat yang sangat kokoh, dicipta Alloh khusus buat kaum wanita, tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Hal ini sekaligus menggambarkan bahwa kualitas silaturrahmi dan upaya menjaga kontinuitasnya harus seperti intimnya hubungan seorang ibu dengan anaknya (dalam tata bahasa Indonesia kata silaturrahim lebih dikenal dengan Silaturrahmi). Rahim juga sebagai symbol keturunan ini menunjukan bahwa dimanapun kita berada, termasuk di kantor, bermasyarakat kita harus menunjukan sikap bahwa kita adalah saudara, layaknya seperti saudara kandung. Dan silaturrahim bukan hanya dijadikan symbol ketika Ramadhan berakhir saja (baca : Idul Fitri), tetapi harus menjadi sebuah soft power ummat Islam, baik dalam aktifitas ekonomi, politik, social, budaya dan sebagainya. Soft power inilah sesungguhnya yang ditakutkan “musuh-musuh Islam”. Allohuakbar.

Ada petikan kalimat filosofi dari salah satu tulisan bersambung di Harian Pagi Batam Pos pada Hari Senin Tanggal 01 Agustus sampai dengan 03 Agustus 2005 oleh CEO Jawa Pos Group : Bapak Dahlan Iskan, kalimat tersebut adalah “Seribu kawan tidak cukup, satu musuh terlalu banyak”, luar biasa, ternyata kalau kita cermati dari petikan kalimat filosofi tersebut akan tergambar, bahwa budaya silaturrahmi begitu melekat pada sosio-kultur mereka, padahal mayoritas dari mereka tidak pernah mengenal Hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim. Petikan kalimat tersebut adalah “oleh-oleh” perjalanan Bapak Dahlan Iskan selama mendampingi Presiden SBY dalam Kunjungan Kerja ke negara bermata sipit “Tiongkok”. Rangakain perjalanan ke negara Tionghoa tersebut dalam upaya mempromosikan (marketing) untuk membujuk para investor negara tersebut yang dibungkus “silaturrahim.”

Ketika Bapak Ipho Santosa (Marketer dan Penulis Buku Best Seller : Marketing With Love) memberikan Kuliah Umum tanggal 27 April 2005 di hadapan seluruh mahasiswa STIE Ibnu Sina Batam, beliau mengatakan “roh dari marketing adalah senang/suka bertemu orang”

Pada 14 abad lebih yang lalu Nabi akhir zaman Muhammad Saw bersabda melalui Abu Hurairah ra yang diriwayatkan Hadits Riwayat Bukhori Muslim : “Barang siapa ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menjalin silaturrahim”

Ada benang merah yang dapat kita renungkan dari serangkain ilustrasi kalimat di atas tentang bagaimana multilevel silaturrahmi yang diajarkan Rosululloh yang mulia dapat menjadi sebuah “jaringan ukhuwah” dan menjadi sebuah ujung tombak (marketing) dari kegiatan perekonomian yang berdampak pada muliflier efect, tidak saja pada level makro, yakni sebuah Negara yang notabene mempunyai cakupan yang lebih besar dan luas akan tetapi merambah pada level individu (mikro).

Apa yang ditulis Sdr. Dahlan Iskan dan apa yang dikatakan Sdr. Ipho Santosa, adalah hanya sebuah “pengulangan” kalimat yang disampaikan pada 14 abad yang lalu oleh seorang yang ummi Muhammad Rasulullah Saw. Dalam memandang dimensi rizki, Islam memandang tidak hanya pada wilayah “kuantitas keuangan” ataupun prosentase keberhasilan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih dari itu, yaitu adanya keimanan, keberkahan, kedamaian dan lain sebagainya, artinya nilai silaturahmi yang tertanam akan menimbulkan apa yang disebut multiflier effect yang lebih luas, tidak saja materi tapi sfiritual, tidak saja dunia tapi akherat. Bukankah apa yang disabdakan pada mukadimah diatas oleh Nabi Muhammad Saw adalah serangkaian bukti bahwa beliau adalah seorang Rasul Alloh yang dipersiapkan menjadi rahmatan lil’alamin? Artinya, apakah anda pernah membaca/mendengar salah satu riwayat, bahwa beliau memang sebelumnya “belajar” ilmu marketing? Subhanallah.

Apa yang ditulis para marketer, baik markerter level internasional maupun nasional, intinya ada pada “silaturrahmi”. Akan tetapi sebagian Ummat Islam hari ini, yang paling lebih dulu mengetahui konsep tersebut, pada level aktualisasi jauh tertinggal dari “orang diluar Islam”. Buktinya kita sering kesulitan untuk menawarkan “produk pilihan Islam” karena orang Islam sendiri sudah terlanjur mendapatkan “silaturrahmi” dari “orang diluar Islam”. Kita lebih senang saling menjatuhkan,iri, dengki, memutuskan tali silaturrahmi dan ada kecenderungan “kalau ada uang anda disayang, tidak ada uang anda dibuang”.

“…….akan dipanjangkan umurnya”. (HR. Bukhori dan Muslim). Kelanjutan dari kekuatan (straingth point) konsep silaturrahmi adalah : “Dipanjangkan umurnya”. Hadits tersebut jelas tidak bertentangan dengan hukum-hukum Alloh yang lain (adanya ketentuan batas kematian makhluq-Nya). Bagi hukum-hukum Allah tidak akan mengenal yang namanya terjadi “over leaving, tumpang tindih dlsb”. Karena Allah SWT adalah Yang Maha Pencipta dan Maha Cerdas, kata-kata itu hanya berlaku pada hukum-hukum produk manusia. Artinya, “panjang umur” yang dimaksud adalah dipandang dari dimensi kwalitas, boleh jadi rentang usia yang disediakan Allah adalah 63 Tahun, tetapi sesungguhnya rentang tersebut tidak pernah “mati”. 14 Abad lebih yang lalu Rasulullah Saw telah meninggalkan ummatnya, tapi cahanya tetap hidup dan akan terus hidup, inilah amalan beliau yang senantiasa menjaga kwalitas hidupnya.

Islam adalah agama yang utuh, artinya semua petunjuk hidup ada pada Islam, tidak membeda-bedakan ini urusan agama, itu urusan ekonomi. Untuk itu bagi siapa saja yang ingin diluaskan rizki-Nya dan dipanjangkan umurnya hendaknya “silaturrahmi” menjadi soft power yang senantiasa menghiasi pola fikir dan ikhtiarnya. Semoga! Wallahhu’alam.

Sumber :
Teten Nasrudin
http://masjidrayabatam.net/content/view/125/83/
20 Maret 2009

Sumber Gambar :
http://jagatalit.files.wordpress.com/2008/10/versi-bahasa-indonesia.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar