Jumat, 20 Maret 2009

SIAPA BILANG SILATURAHIM PERBANYAK REZEKI ? TERNYATA BENAR !


Menurut Ustadz Syahril Mukhtar, alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir, orang yang banyak bersilaturahmi maka pintu rezekinya terbuka. Sebaliknya, orang yang kurang bersilaturahmi otomatis pintu rezekinya berkurang. ''Jadi, silaturahmi itu adalah salah satu inti dari pada agama kita baik ditinjau dari segi keagamaan hubungan satu sama lain ataupun dari segi ekonomi akan memberikan dampak yang sangat luas,'' tandas Ustadz Syahril kepada Republika Senin (16/10).

Dalam pandangan Ustadz Syahril, silaturahmi yang paling penting dengan tetangga karena tetanggalah yang paling tahu persoalan yang tengah kita hadapi. ''Orang yang paling dulu tahu keadaan kita adalah tetangga, famili kita mungkin saja care tetapi kan mereka jauh. Orang yang paling tahu keadaan kita di rumah adalah tetangga. Maka akan sangat menyesal orang yang tidak bisa berbuat baik kepada tetangganya,'' ujarnya.

Bahkan, sambung Ustadz Syahril, Rasulullah SAW sangat mengecam umat Islam yang memutuskan tali silaturahmi. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (Muttafaqun 'alaih), dengan tegas Rasulullah SAW bersabda: ''Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yaitu pemutus tali kekerabatan.''

Ia mengakui, menyambung tali silaturahim yang sudah putus memang tidak gampang tapi itulah agama kita memberikan dan mengajarkan bagaimana kita berlapang dada. ''Bulan Ramadhan, merupakan bulan tarbiyah (pendidikan) yang banyak membinging dan menuntut kita untuk lebih bersikap sabar dan pemaaf. Kita diajar dari segi iman untuk sabar sehingga orang yang sabar dengan tetangga, dengan orang yang dihadapi dia akan lebih banyak mendapatkan rahmat Allah,'' ujarnya.

Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Prof Dr KH Said Agil Siraj menegaskan, menyambung tali silaturahmi merupakan perintah Allah yang harus dilakukan umat Islam. Agil Siraj kemudian mengutip ayat 21 dari surat Al-Ra'ad yang artinya: ''Dan orang-orang yang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturahim) dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.''

''Jadi menyambung tali silaturahmi itu sesuai dengan peringah Allah yang didasari rasa takut kepada Allah dan takut kepada hari hisab (perhitungan). Kenapa? Karena persoalan yang paling rumit adalah hubungan sesama manusia," ujarnya.

Bukan kita ingin meremehkan, kata dia, kalau dengan Allah, asal kita mau bertobat dan menyesal, maka Allah Maha Pengampun akan senang kalau dimintai maaf asal sebelum nafas berada di tenggorokan (sakaratul maut). "Tapi, kalau dengan sesama manusia, itu harus betul-betul clear,'' tegasnya.

Silaturahmi, kata dia, sangat penting untuk rekonsiliasi sesama warga bangsa. Namun ia menolak pemakaian istilah halal bihalal. "Benar, kata itu berasal dari bahasa Arab, tapi di sana tidak ada istilah itu. Yang ada ya silaturahim," ujarnya.

Menurut dia, silaturahim sangat penting sekali terutama di saat bangsa Indonesia sedang merasakan erosi sosial. ''Kita sekarang lagi berada dalam keadaan erosi infrastuktur sosial. Yang dibangun oleh nenek moyang kita, kiai-kiai kita jauh sebelum lahirnya Indonesia ini, koyak. Para kiai umat Islam sudah membangun masyarakat hidup bersama, yang muda menghormati yang tua, yang bodoh menghormati yang pintar. Yang pintar menyayomi yang bodoh, tatanan itu sudah terbangun. Sekarang kita sudah kehilangan kepercayaan, '' ujarnya.

Ia menekankan pentingnya meningkatkan kualitas silaturahmi, tak sekadar saling mengunjungi, tapi lebih erat lagi. "Silaturahim menjadi silatul amal wal ikhtiar hubungan kerja. Itu bagus sekali untuk membangun teamwork yang solid," ujarnya. Tahapan selanjutnya menjadi silatul ilmi wal adab hubungan ilmu dan teknologi serta budaya. "Terakhir, silaturuhaniyah atau silaturahim ruh. Seperti saling mengirim doa."

Pimpinan Pondok Pesantren Daarun-Najah Jakarta Selatan KH Shofwan Manaf MM sependapat dengan Prof Dr Said Agil Siraj. Menurut dia, untuk suksesnya hidup seorang manusia di muka bumi ini, ia tidak sekadar dituntut untuk melakukan hablum minallah (hubungan kepada Allah), tapi juga harus melakukan hablum minannas (hubungan sesama manusia). "Barangsiapa yang mau umurnya panjang maka harus melakukan silaturahmi. Barangsiapa yang mau masuk surga, sambunglah silaturahmi," ujarnya mengutip hadis.( dam )

Sumber :
http://www.muallaf.com/index.php?view=article&id=384:siapa-bilang-silaturahmi-perbanyak-rezeki--ternyata-benar-&option=com_content&Itemid=71
01 November 2006. Diunduh 20 Maret 2009

Sumber Gambar:
http://shop.pustaka-islam.net/images/aqwam/rahasia-lapang-rezeki.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar